09/09/11

Membuka Ruang Komunikasi yang Lebih Strategis

Foker LSM Papua di Usia ke – 20 (bagian-1)
Forum Kerjasama Lembaga Swadaya Masyarakat (Foker LSM) Papua yang berdiri sejak tahun 1989 dan di Hari Jadinya yang ke 20, tanggal 31 Agustus lalu, memiliki kantor baru yang lebih luas dan lebih representative. Bagaimana tentang program kerjanya?
Laporan Ahmad Jainuri
Sekaligus untuk mengungkapkan rasa syukur karena menempati kantor barunya yang beralamatkan di Jalan Yoka, setelah harus pindah dari kantor lamanya di jalan Raya Sentani – Abepura di Waena, Foker LSM Papua yang beranggotakan 118 LSM se Papua dan Papua Barat, menggelar acara syukuran ulang tahun.  Acara yang digelar di kantor barunya tersebut, mengundang sejumlah LSM yang ada di Kota Jayapura maupun LBH Papua serta mitra kerjanya, baik dari gereja yang dihadiri Erwin Brawer utusan Sinode GKI Papua dan Socrates S Yoman dari PGBP, maupun Komnas HAM yang dihadiri Mathius Murib.

Tahi Ganyang Butarbutar (Anggota Steering Komitte) dalam sambutannya mengatakan bahwa momen ulang tahun dan dengan kantor barunya, Ia berharap agar Foker lebih meningkatkan kinerja dan tanggungjawabnya. 
“Selama 20 tahun ini, kalau ada yang jalan kurang tepat jadikanlah untuk instrospeksi,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ia juga mengungkapkan tentang perhatian dunia internasional saat Ia berkunjug ke wilayah Eropa. “Dalam kesempatan saya beberapa kali kunjungan ke Eropa, pembicaraan tentang Papua cukup serius, terkait dengan bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya,” ungkapnya.
Sementara itu, Sekretaris Eksekutif Foker LSM Septer Manufandu saat ditemui Bintang Papua mengatakan bahwa di usia yang ke-20 tersebut membuktikan bahwa Foker sebagai lembaga jaringan masih tetap eksis.
“Selain itu juga memegang peranan penting untuk mengelola isu-isu yang diadvokasi di Tanah Papua,” ungkapnya.
Isu-isu tersebut, menurutnya secara umum adalah yang dipandang oleh Foker sebagai isu-isu utama yang menjadi mandat sosial bagi setiap kepengurusan yang dipilih dalam kongres Foker. “Jadi kongres foker setiap tahun itu memutuskan isu-isu strategis yang juga peran-peran strategis, yang kemudian itu dikelola menjadi sebuah mandat sosial setiap kepengurusan atau kepemimpinan dalam waktu tertentu itu. Kemudian mereka (pengurus terpilih) harus mengerjakan itu selama tiga tahun,” terangnya.
Dikatakan, di periode-periode awal terbentuknya, Foker lebih berkosentrasi untuk melakukan pengawasan-pengawasan terhadap implementasi kebijakan pembangunan yang waktu itu digencarkan Pemerintah Pusat. “Waktu itu Foker lebih banyak berperan sebagai amplifier atau pengeras suara masyarakat di Papua,” jelasnya.
Sedangkan di era reformasi, menurut Septer Foker lebih membuka luas ruang-ruang komunikasi yang lebih strategis. “Terutama di Papua-nya, di tingkat nasional maupun di internasional. Terutama di dalam 7 isu strategis yang tertera dalam program ini,” lanjutnya sambil menunjukkan tuju program prioritas Foker LSM Papua.
Program atau isu strategis yang digarapnya dengan membentuk kelompok-kelompok kerja tersebut, dalam aplikasinya di lapangan adalah dengan memberi otonomi di setiap wilayah atau region untuk mengelola wilayahnya sendiri.
“Terutama untuk mengambil isu strategis di wilayah untuk kemudian melakukan advokasi-advokasi dan juga mendampingi masyarakat, kerja-kerja pengembangan masyarakat di tingkat kampong,” ungkapnya.
Sedangkan isu-isu di tingkat provinsi maupun nasional dan internasional, menurutnya menjadi peran dan tanggungjawabnya sebagai Sekretaris Eksekutif. Untuk mengetahui tentang program-program yang dilaksankan Foker serta visi dan misinya, ikuti edisi berikutnya.(bersambung/l03)

Tidak ada komentar:

WEST PAPUA NEWS UPDATE