02/12/11

Ketua Sinode KINGMI Dukung Tolak MIFEE.

Jayapura, 24 September 2010.  
Add caption

Pendeta Benny Giay sebagai Ketua Sinode KINGMI dalam kegiatan Mimbar Bebas dengan tema "Bertindak Bersama Untuk Selamatkan Manusia dan Tanah Papua Dari Ancaman Investasi, Khususnya Investasi Mega Proyek MIFEE," mengungkapkan empat hal penting dihadapan para mahasiswa dari wilayah Papua Selatan dan para undangan di Asrama Merauke-Jayapura hari ini, yaitu:
Pertama, program yang dilaksanakan SORPATOM (Solidaritas Rakyat Papua Tolak MIFEE) untuk menolak MIFEE didukung oleh Sinode KINGMI.
Kedua, Untuk mewujudkan dukungan tersebut maka Sinode KINGMI akan mengeluarkan surat gembala untuk semua jemaat supaya mau terlibat mendukung aksi menolak MIFEE, baik dalam bentuk doa maupun aksi lainnya.

Ketiga, proyek MIFEE merupakan lonceng Tuhan supaya kita bangun menyiasati keadaan. MIFEE merupakan tsunami yang akan segera menghamtam Papua Selatan. Untuk itu maka kita perlu berbuat sesuatu sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.
Keempat, orang Papua cenderung berorientasi pada situasi sekarang dan kurang peduli terhadap masa yang akan datang. Orang Papua kini perlu merasakan dampak dari MIFEE pada empat puluh atau lima puluh tahun yang akan datang. Coba bandingkan dengan pengalaman orang asli Arso yang telah menyerahkan tanah ulayat mereka kepada perusahaan sekitar tahun 1980an. Orang tua tersebut sekarang kecewa setelah melihat nasib mereka dan anak cucu mereka. Maukah kita seperti itu?.
Keempat hal ini diangkat oleh Pendeta Benny Giay karena dirinya walaupun berada di Jayapura, namun prihatin sekali dengan situasi yang saat ini sedang dialami oleh masyarakat di Papua Selatan.

Sementara itu, Thomas dari SORPATOM kembali mengajak berbagai elemen mahasiswa baik Boven Digul, Asmat, Mappi untuk bersatu bersama mengkritisi kebijakan pemerintah ini. Thomas melihat bahwa pemerintah dalam kaitan dengan program MIFEE tidak punya kehendak baik untuk melindungi "Hak Hidup Masyarakat Asli Papua." Pemerintah cenderung memaksakan kehendaknya sendiri dan tidak mau mendengar keinginan masyarakat. Karena itu maka mahasiswa perlu bertindak mencari solusi dan jangan hanya diam.

Pada kesempatan yang sama, wakil mahasiswa Asmat, Elias, menegaskan kembali perlunya aksi yang lebih banyak melibatkan elemen-elemen mahasiswa untuk mengekpresikan kekecewaan mereka kepada pemerintah. Selama ini kegiatan-kegiatan diskusi dan konsolidasi intern sudah cukup maka perlu aksi yang lebih besar lagi. Elias menegaskan kembali bahwa mahasiswa Asmat menolak program MIFEE seratus persen. Salah satu program MIFEE yaitu pengembangan perikanan dan ini cocok dengan wilayah Asmat. Mahasiswa Asmat menolak program ini.

Penolakan program MIFEE juga diungkapkan oleh wakil dari mahasiswa Boven Digul, Mappi, Merauke, dan tokoh adat Merauke yang sekarang sedang berada di Jayapura. Mereka semua menyatakan akan terus mendorong aksi menolak MIFEE karena sadar bahwa dampak yang akan ditimbulkan akan membahayakan manusia (sosial, ekonomi, budaya) dan alam. Ancaman MIFEE bukan hanya terbatas untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang.
morrehttp://www.hampapua.org

Tidak ada komentar:

WEST PAPUA NEWS UPDATE